PALANGKA RAYA - Sosok tokoh Damang Bahandang Balau, salah satu seorang tokoh adat Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng), yang mungkin segelintir bahkan sebagian masyarakatnya belum mengenal akan keberadaan tokoh ini.
Hal ini mungkin kurangnya gambaran terkait sosok ini ataupun ceritanya hanya sebagian masyarakat Kalimantan Tengah, yang tahu dan menceritakan kembali kepada generasi selanjutnya, bagaima kehidupannya sehari - hari serta faktor apa saja sehingga bisa dikatakan sebagai seorang tokoh adat Dayak, pada masa itu bahkan sekarang. Tentunya ini diperlukan suatu bukti sejarah yang bisa menyatakan atau mewakili akan keberadaan tokoh ini dan silsilah keturunannya.
Mendasari pemikiran itu dan kurangnya informasi terkait Sosok Damang Bahandang Balau, di masyarakat Kalimantan Tengah, pada umumnya. Perlunya disusun suatu sejarah dan legalisasi bukti keberadaan sosok ini ditengah masyarakat, baik kesaksian hidup berupa cerita turun temurun yang dilakoni oleh para tetua adat dan tokoh masyarakat serta adanya bukti sejarah seperti bekas tempat tinggal ataupun barang peninggalan.
Supendi EG Ruhan, salah satu pengiat seni budaya dan aktivis Kebudayaan masyarakat adat Dayak Kalimantan Tengah, merasa terpanggil untuk menyusun biografi tokoh Damang Bahandang Balau ini. Mendasari ini semua, menurutnya karena panggilan jiwa sebagai punya turunan yang berasal dari sosok ini, Damang Bahandang Balau.
“Hal ini memang terpanggil dari diri pribadi saya sendiri, mempunyai utus dari tokoh ini. Sosok Damang Bahandang Balau, adalah tokoh sejarah dayak di masa tahun 1400 hingga 1500, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, ” kata Supendi.
Diceritakannya juga, sosok Damang Bahandang Balau, khususnya diwilayah DAS Barito dan Kapuas, cukup disegani kawan dan lawan pada masa itu. Terkenal memiliki kesaktian, dan sehingga diangkat sebagai pemimpin adat. Mitologi tentang sosok ini di masyarakat pesisir sungai Barito, desa Talio, Teluk Betung, Mengkatip, masuk anak sungai menuju desa Tambak Bajai dan Desa Dadahup.
Dalam bukti sejarah dan legenda tersebut, terdapat suatu peninggalan berupa rambut 7 helai yang panjangnya 3 meter berwarna merah, bukti tersebut masih ada dari turunan Damang Bahandang Balau yang disimpan oleh warga Telekung Punei, termasuk dalam wilayah Dadahup Kec Kapuas Murung Kab Kapuas, Kalimantan Tengah.
Konon dari cerita, dari rambut tersebut diambil dari dalam kuburan Damang Bahandang Balau, tepatnya pada waktu mengadakan Ritual Tiwah, setelah pembongkaran kuburan Damang Bahandang Balau.
Pada saat pembongkaran, papan papan kuburannya yang terbuat dari kayu panting atau jelutung yang sudah bertahun – tahun dalam keadaan tidak rusak, namun anehnya semua tulang – tulang yang akan diambil menggaib, hanya tersisa rambut sebanyak 7 helai saja dan letaknya pun seperti diatur terlebih dulu, dan hingga sampai sekarang barang bukti tersebut masih ada.
Selain itu, senjata pusaka milik Damang Bahandang Balau, berupa Dohong, yang diberi gelar “Gajah Lalu Kumpai Layu” yang diartikan, saat dibuka dari sarungnya dan pada saat dilewati senjata ini maka akan mati mahluk hidup (Musuh) disekitarnya.
“Bukti sejarahnya ada kita miliki, ada beberapa seperti lembaran kertas zaman dulu, Dohong yang diperkirakan berusia lebih dari 500 tahun milik Damang Bahandang Balau, serta sejarah lokasi bekas kediamannya, di desa Dadahup, “ imbuh Supendi ini juga.
Selain sebagai aktivis Kebudayaan, Supendi EG Ruhan juga mengetuai Kerukunan Utus Damang Bahandang Balau (KUDBB) Kalimantan Tengah. Untuk melengkapi bahan pembuatan buku sejarah Tokoh Damang Bahandang Balau ini, sudah mengandeng Dosen – dosen Sejarah, baik dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Udayana Bali dan akan segera dosen dari Universitas Palangka Raya (UPR).
Berdasarkan juga data yang dimiliki, ada bentuk catatan sejarah yang didapatkan dari situs Tokoh ini, yaitu silsilah keturunan (Jereh) yang dimiliki oleh Damang Bahandang Balau. Karena menurut keterangannya, sosok ini dikenal suka berkelana dalam kehidupannya, dalam setiap persinggahannya disuatu daerah, Damang Bahandang Balau memiliki isteri dan keturunan.
“Keturunannya tersebar dibeberapa wilayah, Kotim, Katingan, DAS Barito, Kapuas serta Kahayan, terhitung 41 jumlah isterinya. Selain itu, masih ditelusuri kenapa dikatakan memiliki gelar Damang, apakah awal mulanya dari sosok tokoh ini gelar itu diberikan, karena sosok Damang Bahandang Balau dikenal akan pribadinya yang Bijaksana dan Arif, dalam memimpin masyarakatnya, ” jelas Ketua Kerukunan Utus Damang Bahandang Balau Kalimantan Tengah ini.
Maka untuk lebih melengkapi keakuratan buku tentang Damang Bahandang Balau nantinya, agar pihak – pihak yang merasa ada keterkaitan risalah atau keturunan bisa memberikan keterangan kepada pihak tim penerbitan buku biografi tokoh ini.
Sebuah catatan harian yang di kumpul dalam sebuah naskah sastra budaya lisan yang menceritakan salah seorang tokoh yang bergelar pada waktu itu Damang Bahandang Balau dalam literatur Dayak Ngaju Patih Bahandang Balau catatan Suku Dayak Bakumpai dalam literatur yang di kumpul oleh peneliti di Universitas Lambung mangkurat.
“Sebagai Budayawan Muda Kalimantan Tengah telah menarik kesimpulan akan menjalin kerja sama dengan beberapa Universitas untuk mengadakan penelitian tentang Damang Bahandang Balau dan bersepakat untuk menerbikan nya dalam sebuah buku yang berjudul: "The Red Hair" atau Si Rambut Merah , " terang Supendi bersama salah satu tim penyusun, Kristian Stevanus, S.Sos.
Harapannya, semoga mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari Tokoh Budaya Dayak, Sejarah , Akademisi, Ormas Dayak , Pemerintah Daerah Kabupaten, Provinsi Kalimantan Tengah, agar nantinya sepenggal sejarah yang dimiliki masyarakat kita, khususnya Kalimantan Tengah tidak hilang. (INDRA).