Sosial-Definisi Anti Kritik dari beberapa ahli Psikologi, Menurut Erich Fromm (Psikolog dan Filsuf Sosial), anti kritik merupakan salah satu ciri-ciri orang narsis. Orang narsis memiliki rasa haus akan pengakuan dan kekaguman yang berlebihan. Mereka tidak dapat menerima kritik karena dianggap sebagai ancaman terhadap harga diri mereka.
Karen Horney (Psikoanalis) mendefinisikan anti kritik sebagai salah satu bentuk "kebutuhan neurotik". Kebutuhan neurotik adalah strategi yang digunakan orang untuk mengatasi rasa tidak aman dan kecemasan. Orang dengan kebutuhan neurotik untuk dihargai, misalnya, akan menjadi anti kritik karena mereka takut kehilangan pengakuan dan pujian.
Albert Ellis (Psikolog) mengemukakan bahwa anti kritik merupakan salah satu bentuk "pemikiran irasional". Pemikiran irasional adalah keyakinan yang tidak logis dan tidak membantu. Orang dengan pemikiran irasional tentang kritik, misalnya, mungkin percaya bahwa "Saya harus selalu sempurna" atau "Dikritik berarti saya adalah orang yang buruk."
Nathaniel Branden (Psikolog) mendefinisikan anti kritik sebagai "ketidakmampuan untuk menerima umpan balik yang konstruktif". Orang yang anti kritik cenderung melihat umpan balik sebagai serangan pribadi dan bukan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Baca juga:
TMMD Ke-112 Kodim 0309/Solok Dimulai
|
Berikut beberapa ciri-ciri orang anti kritik:
1. Menolak atau menentang kritik dengan keras
2. Menjadi marah atau defensif ketika dikritik
3. Mencoba menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka
4. Memiliki rasa iri atau dengki terhadap orang lain yang sukses
5. Sulit untuk menerima umpan balik yang konstruktif
Anti Kritik ini ternyata berkembang subur juga di lingkungan pendidikan seperti perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang seharusnya tempat berfikir terbuka dan mau menerima kritikan dan masukan ternyata begitu, ternyata lingkungan pendidikan tidak membuat seseorang belajar banyak untuk berfikir terbuka. Jika anti Kritik tersebut menjangkiti seorang Pengajar/Dosen maka mahasiswa bisa jadi korbannya, maka ia tidak tahan di kritik oleh mahasiswa atau dalam proses diskusi mereka tidak akan berfikir terbuka akan memakai kaca mata sayalah yang paling benar dan ini berbahaya untuk proses pendidikan dan memberi contoh bagi anak didik.
Jika Ia sebagai pejabat di kampus maka anti kritik membuat dia tidak bisa di kasih masukan, tidak bisa hal yang berkaitan dengan fungsi dan kinerjanya di bicarakan, dia akan menggap orang yang mengkritik sebagai orang yang memiliki niat buruk akan menjatuhkan posisinya, maka ia akan menggunakan segala cara untuk menjegal yang bersangkutan, memasukan ke dalam daftar orang yang harus di antisipasi dan di awasi dengan berbagai cara akan di buat sulit, seperti mengurangi jam mengajarnya, mengurangi perannya dalam berbagai kegiatan bahkan tak jarang di kasih penugasan yang mempersulit yang bersangkutan. Sikap anti kritik ini membuat institusi pendidikannya malah tidak berkembang karena yang tidak memilih keberanian untuk mengkritik mungkin takut akan dipersulit akan hanya menjadi bawahan yang akan yess boss atau bawahan yang memuji-muji saja meskipun yang dilakukan atasannya tidak sesuai.
Anti kritik dapat memiliki dampak negatif pada kehidupan pribadi dan profesional seseorang. Orang yang anti kritik mungkin sulit untuk menjalin hubungan yang sehat, mencapai kesuksesan di tempat kerja, dan belajar dan berkembang sebagai individu. Sangat berbahaya budaya anti kritik ini kalau tidak di berantas sejak dini dimulai dari institusi pendidikan mulai dari level dasar hingga perguruan tinggi, mengapa karena institusi pendidikan merupakan mesin pencetak intelektual, jangan sampai hasilnya intelektual yang anti kritik.