LINGKUNGAN - Industri perbankan telah lama diakui sebagai pemain penting dalam ekonomi global, dengan jangkauan dan pengaruhnya melampaui batas-batas sektor keuangan. Seiring dengan upaya dunia menghadapi tantangan yang semakin meningkat akibat perubahan iklim, peran industri perbankan dalam krisis ini semakin mendapat sorotan.
Negara-negara dengan ekonomi berkembang, seperti Bangladesh dan Pakistan, berada di garis depan dalam menangani dampak lingkungan dari industri perbankan (Khairunnessa et al., 2021). Di Bangladesh, penerapan sistem keuangan hijau oleh bank dan lembaga keuangan non-bank memiliki potensi untuk meminimalkan emisi karbon internal dan eksternal (Azad et al., 2022). Demikian pula, di Pakistan, sektor perbankan diharapkan memainkan peran penting dalam mengatasi ancaman dan risiko keuangan terkait iklim, karena negara ini telah dinyatakan sebagai salah satu yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim (Khan et al., 2023).
Gerakan hijau dalam sektor perbankan didorong oleh pengakuan bahwa banyak operasi perbankan berpotensi merusak lingkungan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung (Bukhari et al., 2020). Akibatnya, negara-negara di seluruh dunia mulai menerapkan kebijakan dan regulasi yang bertujuan untuk menghijaukan sektor perbankan mereka.
Bank sentral dan regulator telah memainkan peran signifikan dalam proses ini, dengan banyak yang mengadopsi kebijakan keberlanjutan untuk membimbing aktivitas bank dan mengintegrasikan risiko iklim ke dalam kerangka kerja makro-prudensial mereka (Khairunnessa et al., 2021). Namun, implementasi kebijakan ini bervariasi di berbagai yurisdiksi, terutama karena perbedaan mandat dan kerangka hukum dari masing-masing bank sentral dan otoritas pengawas.
Meskipun ada upaya-upaya ini, kontribusi industri perbankan terhadap perubahan iklim tetap menjadi isu yang kompleks dan beragam. Seiring dunia terus menghadapi tantangan perubahan iklim, peran industri perbankan dalam krisis ini akan tetap menjadi topik diskusi dan debat yang berkelanjutan.